Gunung Muria merupakan salah satu dari sekian gunung yang ada di Tanah Jawa. Umumnya masyarakat Jawa, masyarakat sekitar lereng Gunung Muria pun percaya adanya mitos di sekitar mereka. Dari sekian banyak daerah di lereng Gunung Muria salah satunya adalah Desa Kajar. Desa Kajar terletak di kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Desa Kajar berbatasan dengan Desa Colo di sebelah utara, Desa Lau di sebelah selatan, Desa Bakaran dan Desa Ternadi di sebelah barat serta Desa Kuwukan dan Desa Cranggang di sebelah timur. Masyarakat Desa Kajar juga tidak lepas dari mitos terkait asal-usul nama desa mereka. Ada beberapa versi yang menyebutkan asal usul Desa Kajar, :
![]() | |
Watu Lumpang |
![]() |
Watu Ketan |
- Masyarakat Desa Kajar percaya bahwa asal usul nama Kajar berasal dari bahasa Arab Hajar yang artinya Batu (Watu). Pemberian nama Kajar diyakini bahwa dulu daerah Kajar merupakan lereng gunung yang merupakan hutan belantara dimana terdapat banyak sekali batu besar. Masyarakat Desa Kajar meyakini bahwa nama kajar diberikan oleh Sunan Gunung Muria (Raden Umar Said) yang pada waktu itu kebetulan sedang melintas di daerah hutan belantara yang terdapat banyak sekali batu - batu besar. Kemudian Raden Umar Said memberi nama daerah tersebut dengan nama Hajar yang artinya batu, seiring berjalannya waktu nama Hajar berubah menjadi Kajar. (Sumber : Folklore Lisan masyarakat Kajar)
- Selain versi yang disebutkan di atas, sebagian masyarakat Kajar juga mempercayai bahwa nama Kajar bukanlah dari sekumpulan batu besar yang di ambil dari bahasa Arab Hajar. Pemberian nama Kajar bermula dari kisah perjalanan Sunan Gunung Muria (Raden Umar Said) yang melakukan perjalanan guna menentukan tempat untuk membangun masjid. Mulanya Kanjeng Sunan melakukan perjalanan untuk menentukan daerah yang tepat guna mendirikan masjid, Ketika sampai pada suatu tempat beliau membuat sepasang watu lumpang dan alu untuk memasak. Tempat pembuatan watu lumpang dan alu tersebut sampai sekarang dikenal dengan daerah "Tlumpang" berasal dari kata watu lumpang. Sunan Muria beserta rombongan kemudian melanjutkan perjalanan, sesampainya di suatu tempat yang dirasa sudah cocok Sunan Muria beserta rombongan berhenti dan istirahat untuk memasak nasi. Sunan Muria kemudian menanak nasi di kuwali kecil, sebagian rombongan pergi sambil berkata "wah...nek ngenteni yo tengesah, lha wong masake neng kuali cilik yo mesti ora uman (wah..kalau nunggu ya sia-sia, masak nasi kok di kendil kecil ya nggak kebagian". kebetulan Kanjeng Sunan mendengar pembicaraan rombongan tadi. Kanjeng Sunan kemudian bersabda "wong kajar...pangananmu suk ki tunggak (orang kajar...besok makanmu itu tunggak -bagian dasar/paling bawah dari pohon-)". Kebetulan rombongan yang tidak sabar tadi adalah orang-orang yang bertempat tinggal di daerah sekitar watu lumpang. Sejak saat itu daerah sekitar watu lumpang di sebut daerah Kajar.
Setelah Kanjeng Sunan selesai menanak nasi, ternyata kerbau Kanjeng Sunan beranjak dan berjalan ke tempat yang lebih tinggi, Kanjeng Sunan bersabda "mbangun mesjide ojo neng kene, nggone kurang duwur (membangun masjidnya jangan di sini, tempatnya kurang tinggi)". Masakan Kanjeng Sunan pun ditinggal begitu saja. Kanjeng Sunan terus mengikuti kerbau tadi berhenti, hingga tibalah di suatu tempat yang sampai saat ini terkenal dengan masjid Sunan Gunung Muria.
Masyarakat Kajar percaya bahwa watu ketan (tempatnya berada di sebelah utara Bumi Perkemahan Kajar, di bawah Taqim Art Studio) adalah masakan yang ditinggal oleh Kanjeng Sunan saat akan mendirikan masjid. Watu ketan dan watu lumpang keberadaanya pun masih bisa dilihat sampai saat ini.(Sumber : Mbah wi -Sanawi- dan De Su -Subekan-)
Demikian mitos asal-usul Desa Kajar, kec. dawe, Kab. Kudus yang sampai saat ini masih di percaya oleh masyarakat sekitar. Terlepas dari benar tidaknya mitos tersebut, mitos ini termasuk folklore bagian dari sebuah kebudayaan yang harus di jaga kelestarian dan keberadaanya. Semoga mitos ini dapat di wariskan kepada generasi penerus agar para generasi muda tidak lupa dan dapat mempelajari kebudayaan asli mereka.
Terima kasih sudah perkenalkan desa kajar. Dari bos saya, saya dapat nama desa kajar, katanya penduduknya rajin dan religius.
BalasHapussaya ingin punya teman buruh (tani, industri, bangunan) dari desa kajar. Ada yang bisa dihubungi per eMail melalui eMail anak anak mereka yang sekolah di kajar atau di Dawe?
BalasHapusInformatif ini mas artikelnya.. terima kasih sekali. ooh iya. kalau mau tau terkait dengan seputar kota kudus bisa ke Sejarah Kota Kudus
BalasHapusSaya bangga menjadi warga kajar
BalasHapus